Ah, sayang sekali, orang ini tidak memahami apa yang diucapkannya.
Bangun malam dan shalat tahajjud memang berat bagi orang yang tidak terbiasa dan tidak memiliki kemauan untuk melakukannya. Tapi bagi mereka yang biasa melakukannya, ia merupakan suatu hal yang indah dan berkesan.
Bagi yang tidak begitu terbiasa melakukannya, setidaknya mereka dapat merasakannya pada waktu-waktu tertentu, seperti di bulan Ramadhan. Mereka berkumpul di masjid-masjid untuk shalat dan membaca al-Qur’an. Lalu di sepuluh hari terakhir mereka melakukan i’tikaf, menetap di masjid, memperbanyak ibadah sambil mengharapkan perjumpaan dengan malam lailatul qadar.
Manusia berhimpun di masjid, beribadah sepanjang malam, atau tidur sebentar dan kemudian melanjutkan kembali ibadah mereka. Suara bacaan al-Qur’an terdengar dari lisan-lisan mereka seperti dengung lebah. Setelah berbuka puasa dan shalat maghrib, mereka akan membuka lembaran-lembaran mushaf dan membacanya dengan khusyu’ sambil menunggu datangnya waktu isya. Setelah itu, orang-orang berdiri dan mendirikan shalat isya dan dilanjutkan dengan shalat tarawih.
Selesai tarawih, mungkin ada tausiyah dan tazkiyah yang dapat melembutkan hati dan meningkatkan semangat beribadah di waktu-waktu yang mulia itu. Kemudian mereka kembali melakukan zikir dan bacaan al-Qur’an, atau berdiri untuk shalat. Ada yang mencari tempat-tempat yang tak banyak dilalui orang, kemudian shalat di tempat itu untuk waktu yang lama. Beberapa yang lain beristirahat selama beberapa atau berbincang dengan beberapa kawannya yang ada di tempat itu. Yang lainnya lagi menghafalkan al-Qur’an atau memurajaah hafalannya.
Kemudian di akhir malam, mereka bergegas berdiri di belakang imam untuk melakukan qiyamul lail. Bacaan imam yang panjang dan menyentuh qalbu membuat jamaah terisak dan menangis. Ketika imam membaca ayat-ayat tentang surga, mereka memohon kepada-Nya untuk mendapatkan Surga. Jika dibacakan ayat-ayat ancaman, hati mereka bergetar dan merasa takut kepada-Nya. Saat imam membaca doa qunut yang indah, banyak yang menangis karena teringat akan dosa-dosanya serta berharap ampunan dari-Nya.
Untuk mereka yang melakukan i’tikaf di masjid yang dipenuhi manusia dari berbagai negara, seperti yang berlaku di masjid Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM) ataupun yang lainnya, akan didapati keindahan tambahan. Mereka melangkah di tengah masjid dan melihat manusia dengan berbagai suku bangsa dan beragam warna kulit sibuk dengan ibadah mereka. Saat mereka duduk membaca al-Qur’an, sesekali mereka mengangkat kepalanya dan mendapati seorang Afrika yang berkulit hitam legam atau seorang Eropa yang kulitnya seputih susu menatap sekilas sambil tersenyum ramah.
Mereka berbaris untuk shalat berjamaah dan mendapati seorang Palestina di sebelah kirinya, seorang Nigeria di sebelah kanannya, beberapa orang Melayu di depannya, dan orang-orang bermata sipit yang kemungkinan berasal dari Cina atau Asia Tengah berada di belakangnya. Semuanya tenggelam di dalam bacaan imam yang indah, seolah mereka sedang shalat di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi.
Semuanya begitu indah sehingga pada waktu subuh, seorang yang sedang duduk merenungi kenikmatan ibadahnya di sepanjang malam itu mungkin merasakan angin yang lembut menerpa wajah dan tubuhnya. Angin itu sesekali meniup tubuhnya, kemudian menghilang, lalu muncul lagi, dan itu terjadi beberapa kali. Angin itu begitu lembut dan menenangkan jiwa dan perasaan.
Apakah ini merupakan tanda-tanda lailatul qadar seperti yang sering diceritakan orang-orang? Ia memandang ke sebelah kanan, ke sisi masjid yang tak berdinding. Angin itu terasa sangat nikmat. Apakah ini malam lailatul qadar?
Lalu ia mengangkat kepalanya ke atas dan mendapati sebuah kipas angin tak jauh di hadapannya bergerak ke kanan dan ke kiri. Saat kipas itu mengarah kepadanya, ia merasakan hembusan angin seperti yang tadi ia rasakan.
Ah, ternyata hanya hembusan kipas, ia tersenyum sendiri.
Tapi biarlah. Semoga orang-orang yang i’tikaf dan beribadah di penghujung Ramadhan itu mendapatkan lailatul qadar, walaupun mereka tidak merasakan tanda apa pun. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal ibadah hamba-hamba-Nya.
Manusia yang berada di masjid-masjid pada malam-malam itu, dengan niat yang ikhlas dan disertai pemahaman yang baik, mereka akan menyaksikan taman-taman surga di dunia. Mereka yang menjaga imannya dan merasakan manisnya iman akan merasakan kenikmatan, seolah-olah mereka sudah berada di Surga sebelum mereka benar-benar memasukinya. Seorang ulama pernah mengatakan, “Di dunia ini ada surga, siapa yang tidak memasukinya tidak akan memasuki Surga di akhirat.”
Tidakkah Anda juga ingin masuk ke dalamnya?
Berdoa di Taman Surga ‘Raudhah’
Secara bahasa, “Raudhah” berarti taman. Raudhah merupakan salah satu ruangan di Masjid Nabawi yang banyak dimasuki jamaah untuk memanjatkan doa. Ia terletak di antara kamar Nabi dan mimbar untuk berdakwah. Tempat ini tak pernah sepi, menjadi tempat yang paling afdhal untuk memanjatkan doa.
Raudhah dianggap sebagai taman-taman surga, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah. Rasulullah bersabda, “Di antara rumah dan mimbarku adalah taman dari taman-taman surga, dan mimbarku di atas telagaku”. Para ahli hadits menafsirkan taman surga sebagai tempat Allah SWT menurunkan rahmat dan kebahagian-Nya karena dilakukan zikir serta pemujaan kepada Allah.
Lokasi ‘taman surga’ ini merupakan bagian dari shaf laki-laki, hanya terbuka untuk perempuan di jam tertentu, saat dhuha dan setelah shalat dhuhur. Bukan hal yang mudah untuk bisa memasuki Raudhah. Luasnya yang hanya 144 meter persegi tak sebanding dengan jutaan jamaah yang berebut ingin masuk ke sana.
Agar tertib, petugas masjid mengelompokkan jamaah berdasarkan rumpun bangsanya. Di dekat Raudhah, ada areal terbuka dengan atap berupa payung putih yang dapat dilipat. Di situlah, jamaah wanita menunggu antrean untuk bisa bergantian memasuki Raudhah.
Di lokasi yang ditandai dengan warna putih dan kaligrafi khas ini, beragam wajah berbeda-bangsa, bermacam warna kulit berharap sempat untuk merasakan nikmatnya berdoa. Semua doa yang dipanjatkan di sini Insya Allah dikabulkan.
Jika sudah berhasil masuk setelah berjuang berdesak-desakan, jamaah memanfaatkan kesempatan berada di area ini untuk shalat dua rakaat, berdzikir, berdoa maupun membaca Alquran. Suara takbir, tahmid dan tahlil diiringi dengan shalawat kepada Rasulullah dan lirihnya doa bercampur jadi satu.
Shalat di masjid Nabawi memiliki banyak keistimewaan. Menurut riwayat Ahmad Ibnu Huzaimah dan Hakim, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih utama 1.000 kali dibanding shalat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram dan shalat di Masjidil Haram lebih utama 100.000 kali shalat daripada masjid lainnya.”